Meninggalkan hiruk pikuk kehidupan Jakarta untuk kenyamanan dan kebebasan hidup. Itulah prinsip yang terngiang dalam hati Zainal, seorang pakar IT yang merasa kehidupan Jakarta membuatnya jenuh. Walaupun Zainal sendiri merupakan anak Betawi asli, namun dia berani mengambil resiko yang besar meninggalkan kehidupannya yang lumayan mapan untuk berusaha di bidang peternakan.
M. Zainal Arifin begitulah nama
lengkapnya, dilahirkan 35 tahun silam mulai bergabung dengan P4S Antanan tahun
2011 setelah bergelut dengan kerasnya kehidupan Jakarta. Memulai usaha beternak
ayam kampung, Zainal saat itu tidak mempunyai ilmu peternakan. Bermodalkan
dengan 10 ekor ayam kampung, Zainal rajin mendengarkan penyuluhan dan bergabung
dalam P4S Antanan. Namun hasil yang diharapkan tidak memuaskan dan tidak
menguntungkan. Atas saran penyuluh setempat Zainal disarankan belajar di Balai
Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi.
Perhitungan, Modal, Resiko, Untung..
Mungkin setiap orang akan melihat
setidaknya empat point ini dalam merencanakan sebuah usaha. Saat ini pembesaran
ayam kampung mengalami kemajuan yang sangat pesat dari generasi kakek atau
bapak kita. Ayam kampung saat ini di lihat dari sudut pandang bisnis akan
sangat menggiurkan melihat kebutuhan, dan kesadaran untuk pola hidup sehat dan
citarasa yang lebih nikmat.
Bermunculan restoran, warung makan dan
etalase super market yang menjajakan ayam kampung sebagai hidangan akan
menjadikan bisnis ini akan bertahan lebih lama dari ayam pedaging yang saat ini
kita kenal. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran Zainal untuk serius
menggeluti pembesaran ayam kampung.
Saat ini harga DOC ayam kampung KUB
(Kampung Unggul Balitnak) adalah 680 ribu rupiah/kotak. Pakan yang diperlukan
sampai panen adalah 3 Kg/ekor dengan asumsi harga Rp 5.500/Kg. Biaya lain-lain
diantaranya biaya listrik, sekam dan obat-obatan herbal senilai Rp 1.200,-
rupiah. Upah tenaga kerja di Bogor masih tergolong murah yaitu 35 ribu rupiah/hari.
Metode pembesaran ayam kampung Zainal
dilakukan 4 tahap sehingga setiap minggu kandangnya berproduksi terus. Setiap
tahap Zainal memelihara 500 ekor ayam kampung KUB atau sama dengan 2000
ekor/bulan dengan resiko kematian sebesar 2-5 %.
Hasilnya???. Jangan kaget melihat deret
angkanya. Zainal berhasil meraup keuntungan bersih sebanyak 15 juta hingga 20
juta rupiah per bulan. Hasil yang luar biasa inilah yang memacu semangat anggota
P4S lainnya untuk mengikuti cara beternak Zainal.
Dalam memasarkan ayamnya Zainal tidak
mengalami kesulitan. Besar di Jakarta memudahkan Zainal untuk mencari celah
masuk ke rumah makan di Jakarta dan juga Bogor. Harga juga tidak menjadi
masalah sebab didasarkan perjanjian sebelumnya yaitu sekitar 35 ribu rupiah/ekor.
Saat ini Zainal telah mendaftarkkan
diri untuk menunaikan ibadah haji dari hasil jerih payah beternak ayam. Selain
itu Zainal juga berencana untuk memperluas skala usahanya namun masih terbentur
dengan SDM anggotanya. Zainal juga berharap di Tahun 2016 ini sudah terbentuk
kelompok ternak unggas sehingga peternak dapat mengontrol harga dan memudahkan
pemasaran bagi rekan-rekan peternak lainnya (Sang T).