Sang Thothon

Sabtu, 16 April 2016

Bermodalkan 10 Ekor, Menghasilkan 20 Juta Rupiah



Meninggalkan hiruk pikuk kehidupan Jakarta untuk kenyamanan dan kebebasan hidup. Itulah prinsip yang terngiang dalam hati Zainal, seorang pakar IT yang merasa kehidupan Jakarta membuatnya jenuh. Walaupun Zainal sendiri merupakan anak Betawi asli, namun dia berani mengambil resiko yang besar meninggalkan kehidupannya yang lumayan mapan untuk berusaha di bidang peternakan.
M. Zainal Arifin begitulah nama lengkapnya, dilahirkan 35 tahun silam mulai bergabung dengan P4S Antanan tahun 2011 setelah bergelut dengan kerasnya kehidupan Jakarta. Memulai usaha beternak ayam kampung, Zainal saat itu tidak mempunyai ilmu peternakan. Bermodalkan dengan 10 ekor ayam kampung, Zainal rajin mendengarkan penyuluhan dan bergabung dalam P4S Antanan. Namun hasil yang diharapkan tidak memuaskan dan tidak menguntungkan. Atas saran penyuluh setempat Zainal disarankan belajar di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi.
Perhitungan, Modal, Resiko, Untung..
Mungkin setiap orang akan melihat setidaknya empat point ini dalam merencanakan sebuah usaha. Saat ini pembesaran ayam kampung mengalami kemajuan yang sangat pesat dari generasi kakek atau bapak kita. Ayam kampung saat ini di lihat dari sudut pandang bisnis akan sangat menggiurkan melihat kebutuhan, dan kesadaran untuk pola hidup sehat dan citarasa yang lebih nikmat.
Bermunculan restoran, warung makan dan etalase super market yang menjajakan ayam kampung sebagai hidangan akan menjadikan bisnis ini akan bertahan lebih lama dari ayam pedaging yang saat ini kita kenal. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran Zainal untuk serius menggeluti pembesaran ayam kampung.
Saat ini harga DOC ayam kampung KUB (Kampung Unggul Balitnak) adalah 680 ribu rupiah/kotak. Pakan yang diperlukan sampai panen adalah 3 Kg/ekor dengan asumsi harga Rp 5.500/Kg. Biaya lain-lain diantaranya biaya listrik, sekam dan obat-obatan herbal senilai Rp 1.200,- rupiah. Upah tenaga kerja di Bogor masih tergolong murah yaitu 35 ribu rupiah/hari.
Metode pembesaran ayam kampung Zainal dilakukan 4 tahap sehingga setiap minggu kandangnya berproduksi terus. Setiap tahap Zainal memelihara 500 ekor ayam kampung KUB atau sama dengan 2000 ekor/bulan dengan resiko kematian sebesar 2-5 %.
Hasilnya???. Jangan kaget melihat deret angkanya. Zainal berhasil meraup keuntungan bersih sebanyak 15 juta hingga 20 juta rupiah per bulan. Hasil yang luar biasa inilah yang memacu semangat anggota P4S lainnya untuk mengikuti cara beternak Zainal.
Dalam memasarkan ayamnya Zainal tidak mengalami kesulitan. Besar di Jakarta memudahkan Zainal untuk mencari celah masuk ke rumah makan di Jakarta dan juga Bogor. Harga juga tidak menjadi masalah sebab didasarkan perjanjian sebelumnya yaitu sekitar 35 ribu rupiah/ekor.
Saat ini Zainal telah mendaftarkkan diri untuk menunaikan ibadah haji dari hasil jerih payah beternak ayam. Selain itu Zainal juga berencana untuk memperluas skala usahanya namun masih terbentur dengan SDM anggotanya. Zainal juga berharap di Tahun 2016 ini sudah terbentuk kelompok ternak unggas sehingga peternak dapat mengontrol harga dan memudahkan pemasaran bagi rekan-rekan peternak lainnya (Sang T).